Jakarta - Acara startup di daerah, menurut Deputi II Bidang Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo selalu disambut dengan antusias. Pasalnya, acara-acara semacam itu cukup jarang, tidak sesering di kota-kota seperti Jakarta. Dari sana, Fadjar selalu mendapatkan pandangan baru tentang komunitas startup di daerah.
Salah satunya adalah tentang kecanggungan melakukan presentasi dan ketakutan berbahasa Inggris. Untuk memikat investor, startup harus percaya diri saat melakukan presentasi. Sudah bukan rahasia lagi, presentasi pun umumnya dilakukan dalam bahasa Inggris.
"Saya sering dapat pertanyaan, nanti presentasinya harus bahasa Inggris atau tidak? Jadi artinya itu cukup menakutkan. Itu jadi PR kami. Bahasa Inggris diperlukan, karena kesempatannya bisa global," kata Fadjar dalam konferensi pers Startup World Cup Indonesia di Balai Kartini, Selasa (23/8/2016) malam.
Ada pula cerita menarik dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Ada salah satu startup yang menyebut ide Go-Jek tidak original. Startup tersebut mengaku sudah punya ide tersebut jauh sebelum Go-Jek hadir.
"Lalu saya tanya, kenapa dulu gak kamu jadikan? Dia bilang karena waktu itu ada yang beri masukan, katanya ide itu gak mungkin. Tukang ojek mana yang bisa pakai smartphone? Ini artinya kan soal akses informasi. Mereka harus tahu bagaiman di luar sana," sebutnya.
Fadjar meyakini bahwa blusukan ke daerah akan efektif menjaring bakat-bakat potensial. Itu sebabnya, Bekraf mendukung kompetisi seperti Startup World Cup yang punya lingkup lebih luas untuk menemukan startup, hingga ke daerah.
"Jika mereka dibawa ke atmosfer yang sama dengan anak muda yang ada di kota-kota besar, mereka juga punya kesempatan yang sama. Dengan acara semacam ini, akan muncul the next Go-Jek dan menularkan semangat positif di daerah," simpulnya. (rns/fyk)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment